Jl. Raden Gunawan, Desa Hajimena, Kec. Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35362

Artikel 2023

Images

Most Significant Change Teknik Monitoring dan Evaluasi Tanpa Indikator Pada Program IPDMIP


Images



Oleh

Septiana, S.P., M.P

Widyaiswara Balai Pelatihan Pertanian Lampung

 

Untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional yang mengedepankan kemajuan sektor pertanian, serta meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Pemerintah Indonesia mendorong implementasi program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program atau IPDMIP. Program IPDMIP dilaksanakan selama 5 tahun dan akan memberikan manfaat kepada 4 juta petani penggarap dan pemilik lahan yang berdampingan dengan saluran irigasi di 74 Kabupaten dalam 16 Provinsi. Total luas areal program melingkupi sawah beririgasi seluas 2,5 juta Hektar. IPDMIP mendorong pengelolaan irigasi secara integratif dan partisipatif, dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional yang mengedepankan kemajuan sektor pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Program ini mendapatkan dukungan dari Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

 

Dalam persiapan berakhirnya Program IPDMIP yang telah terlaksana di daerah baik Provinsi (PPIU) dan Kabupaten (DPIU) dari tahun 2018 – 2023 serta evaluasi realisasi keuangan dan fisik dan Closing Date (berakhir) di 30 Maret 2023. Kegiatan IPDMIP di tingkat provinsi dan kabupaten tahun 2023 sudah tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan dana hibah On-Granting IPDMIP yang bersumber dari pinjaman IFAD dengan pertimbangan tahun 2023 merupakan akhir program IPDMIP. Provinsi dan Kabupaten wajib membuat laporan akhir program yang paling lambat disampaikan ke NPIU pada bulan Februari 2023 dan secara nasional laporan akhir program IPDMIP secara keseluruhan paling lambat harus di selesaikan pada 31 September 2023.

 

Pentingnya pendekatan partisipasi dalam memonitor dan mengevaluasi suatu program disadari sejak lama oleh para pelaku pembangunan. Hal ini dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya peningkatan effisiensi dan effektifitas dalam pengelolaan suatu program pembangunan melalui keterlibatan masyarakat penerima bantuan. Sehingga mereka ikut mengelola sumberdaya secara lebih efektif dan dapat dipertanggung jawabkan keberlanjutannya. Untuk mengukur secara efektif perkembangan dan dampak dari intervensi program, dikembangkanlah teknik-teknik Monitoring & Evaluasi (M&E) yang partisipatif.

 

Salah satu bentuk M&E kualitatif dan partisipatif yang semakin banyak digunakan saat ini adalah Teknik Most Significant Change (MSC). Teknik MSC juga dikenal sebagai sarana “monitoring atau evaluasi tanpa indokator” ini didasarkan pada pengumpulan cerita, pemilihan cerita secara sistematis, dan analisis cerita perubahan yang signifikan dari intervensi yang dilakukan. MSC merupakan teknik monitoring dan evaluasi kualitatif yang partisipatif, menggunakan pengumpulan dan analisis tentang cerita-cerita perubahan yang signifikan, baik yang positif maupun negatif. Pemilihan cerita-cerita tentang perubahan bermakna dilakukan dengan ‘panel’ di tingkat petani penerima manfaat dan menghasilkan dampak dalam kehidupan usahataninya merupakan aspek yang paling penting dari Teknik ini. Dengan demikian, Teknik ini membuka ruang bagi berbagai pihak untuk terlibat melakukan pemantauan, menentukan jenis perubahan yang dianggap penting, dan menganalisis perubahan-perubahan tersebut.

 

Dalam Teknik ini banyak melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) dari lembaga/program/proyek, khususnya memetakan jenis perubahan yang diketahui dari cerita para penerima manfaat (beneficiaries). Kegiatan utama dalam teknik ini adalah melakukan pengumpulan cerita (success story) mengenai perubahan signifikan (significant change) yang berasal dari lapangan dan kemudian memilih secara sistematis cerita-cerita yang dianggap paling signifikan dalam sebuah panel Focus Group Discussion (FGD) stakeholder atau staf yang ditunjuk.

 

(Dokumentasi: TOT MSC Program IPDMIP, Yogyakarta 2-6 Mei 2023)

Teknik MSC ini sendiri pertama kali di kembangkan oleh Rick Davis dalam melakukan evaluasi dampak proyek bantuan terhadap 16.500 orang di Rajshahi, bagian Barat Bangladesh pada tahun 1994. Rick Davies dan Jess Dart menguraikan teknik MSC dalam sepuluh langkah, yaitu:

  1. Bagaimana memulai dan meningkatkan minat;
  2. Mendefinisikan domain perubahan;
  3. Mendefinisikan periode pelaporan;
  4. Mengumpulkan cerita-cerita tentang perubahan signifikan;
  5. Memilih cerita yang paling signifikan dari cerita;
  6. Umpan balik hasil dari proses seleksi;
  7. Verifikasi cerita;
  8. Kuantifikasi;
  9. Analisis sekunder dan meta-monitoring;
  10. Merevisi sistem.

 

Pelaksanaan teknik Most Significant Change (MSC) dikembangkan dalam evaluasi program IPDMIP dengan terlebih dahulu menyelenggarakan kegiatan  Training Of Trainner (TOT) bagi Widyaiswara yang bertugas di UPT Pelatihan dengan wilayah kerja yang petaninya penerima dampak Program IPDMIP, Penyuluh dari di BPPSDM Kementerian Pertanian serta beberapa konsultan dari Bappenas yang terlibat pada program ini. Setelah TOT selesai dilaksankan, langkah selanjutnya adalah mengadakan Trainning Of Fasilitator (TOF) bagi Konsultan Individu dan Penyuluh Pendamping Kabupaten Program IPDMIP.

 

Dalam TOF ini materi yang disampaikan hampir sama dengan materi TOT, hanya saja output yang diharapkan yaitu peserta TOF nantinya dapat menggali cerita perubahan yang paling signifikan dan menuliskan cerita tersebut dalam bentuk narasi ataupun reportase dengan 8 domain yang sudah ditentukan berdasarkan output yang sesuai dengan Program IPDMIP yaitu: 1) Perbaikan Pelayanan Penyuluhan (kemudahan mendapatkan informasi, ketersediaan media informasi, peningkatab metodologi penyuluh, inovasi dibidang penyuluhan); 2) Perbaikan akses petani terhadap benih berkualitas (penangkaran benih, kemudahan mendapatkan benih); 3) Perbaikan akses petani terhadap pasar (peta rantai nilaim distribusi produk, pengemasan, perijinan, branding, MOU dengan pihak pembeli); 4) Praktek pengelolaan air yang baik (kemudahan mendapatkan air, mekanisme pengelolaan air, perbaikan saluran air); 5) Perbaikan akses petani pada mekanisasi (akses, pengelolaan jasa alsintan, swadaya sendiri); 6) Perbaikan akses petani terhadap lembaga layanan (tabungan rumah tangga, keuangan usaha tani, keuangan kelompok); 7) Perbaikan akses petani terhadap keuangan mikro (tabungan di bank, akses skema pinjaman perbankan, jaminan dana pertanggungan/asuransi); 8) Perbaikan/peningkatan produktivitas pertanian khusus nya padi (adopsi jajar legowo, penggunaan pupuk berimbang, pupuk organic, pestisida organic). Cerita perubahan yang dikumpulkan sebanyak 15 cerita dari masing-masing kabupaten, yang terdiri dari 2 cerita berasal dari Penyuluh (laki-laki dan perempuan), 5 cerita berasal dari petani dewasa, 4 cerita berasal dari wanita tani dan 4 cerita berasal dari pemuda tani yang menerima manfaat program.

Literatur :

 

Davies, R.J. (1998a), ‘An Evolutionary Approach To Organisational Learning: An Experiment By An NGO In Bangladesh ’, In Mosse, D., Farrington, J., dan Rew, A., (1998), Development as Process: Concepts andMethods for Working with Complexity . Routledge/ODI. London

https://www.monevstudio.org/perubahan-paling-signifikan-msc/ diakses 10 Mei 2023.

https://www.circleindonesia.or.id/id/pelatihan-teknik-most-significant-change-msc-dan-analisis-kualitatif-bali-5-8-september-2017/ diakses 10 Mei 2023.

https://text-id.123dok.com/document/wyeo0pe1q-most-significant-change-msc.html/ diakses 11 Mei 2023.

Oakley, P., Pratt, B., Clayton, A. (1998), Outcomes and Impact: Evaluating Change in Social Development .INTRAC. Oxford

Underwood, B. (1996), Report On ‘Significant Changes’ Qualitative Monitoring. AKRSP. Ahmedabad.India.

 

 



Bagikan