Jl. Raden Gunawan, Desa Hajimena, Kec. Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35362

Artikel 2023

Images

LALAT BUAH MENGENAL DAN MENGENDALIKAN


Images



Oleh

Ayu Octavia Tanjung Putri, SP., M.Sc

Widyaiswara Ahli Muda Balai Pelatihan Pertanian Lampung

 

Mengenal Lalat Buah dan Sebarannya di Indonesia

Sobatani tentunya sering mendengar yang namanya Lalat Buah dengan nama latin Bactrocera spp. Lalat buah merupakan salah satu hama penting bagi produk-produk hortikultura serta beberapa produk perkebunan. Hama ini memiliki kurang lebih 4.000 spesies yang mengakibatkan produksi dan mutu buah menjadi rendah bahkan dapat mengakibatkan gagal panen.

Lalat buah betina dewasa meletakkan telur dengan menyucukkan ovipositornya ke dalam buah, kemudian larva lalat buah berkembang di dalam daging buah sembari memakannya.

Ciri- ciri buah yang terserang hama ini adalah mula-mula tampak bintik hitam kemudian bagian di sekitar bintik berubah menjadi kuning/cokelat dan lembek (Muryati et al, 2013).

Secara umum, terdapat 8 jenis lalat buah yang termasuk hama penting menurut Siwi, 2020, yaitu:

  1. B.Carambolae (Drew and Hancock) atau B.dorsalis kompleks

Nama lainnya Carambola fruitfly, lalat buah belimbing. Tanaman inangnya Belimbing, apel, kluwih dengan wilayah sebaran hampir di seluruh Indonesia kecuali Papua.

  1. B.papayae atau B.dorsalis kompleks

Tanaman inangnya adalah berbagai jenis buah dan sayuran, pada saat ini lalat buah yang paling ganas dan tersebar di seluruh Indonesia.

  1. B.dorsalis (Hendel, 1912)

Nama lainnya B.ferrugineus dan B.conformis atau dikenal dengan nama umum Oriental fruit fly. Tanaman inangnya adalah Jeruk, aprikot, apel, pir, pepaya. Lalat buah ini tersebar luas di seluruh Indonesia.

  1. B.(B:) albistrigata (de Meijere)

Tanaman inangnya adalah Jambu biji, jambu air, jambu bol, nangka. Tersebar di Jawa, Sulawesi, dan Sumatera (White, 1992).

  1. B.(Z.) cucurbitae Coquillett

Dikenal dengan nama Melon fly. Tanaman inangnya adalah Melon, labu, mentimun, dan lebih dari 125 jenis tanaman famili Cucurbitaceae. Tersebar di seluruh Indonesia.

  1. B.tau (Walker)

Dikenal dengan nama B.hageni, B.nubilus, B.(Z.) caudatus (Fabricius). Tanaman inangnya adalah Mentimun, ceri, dan tanaman famili Cucurbitaceae. Tersebar di Jawa dan Sumatera (White, 1992).

  1. B.umbrous Fabricius

Dikenal dengan nama B.fasciatpennis, D.diffusus, D.Frenchi (Froggatt), S.umbrosa. Lalat buah nangka. Tanaman inangnya adalah Kluwih, nangka, cempedak. Tersebar di seluruh Indonesia.

  1. Dacus (Callantra) longicornis Wied

Dikenal dengan nama B.vespoides Doleschall C.unifasciata. Tanaman inangnya adalah berpotensi sebagai hama famili Cucurbitaceae. Tersebar di Ambon, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi.

 

Lalat buah sendiri hidup dalam satu rangkaian / siklus dimana dimulai dari telur sampai menjadi imago (Diagram 1), siklus tersebut sebagai berikut:

  1. Telur

Telur Lalat Buah berwarna putih dengan panjang 1-1,2 mm, lebar sekitar 0,21mm dengan masa telur selama 3 hari.

  1. Larva

Terdiri dari 3 instar, lama stadium larva antara 5-9 hari

  1. Pupa

Merupakan stadium dorman atau tidak aktif, warna pupa adalah kuning kecokelatan, jatuh ke tanah dengan lama stadium 8- 12 hari

  1. Imago

Imago adalah lalat buah dewasa. Tubuhnya berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman dengan lama stadium betina 23 – 27 hari dan imago jantan 13-15 hari.

 

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan lalat buah antara lain:

  1. Iklim
  1. Suhu, Lalat buah berkembang pada suhu 10-30 0C, telur dapat menetas pada suhu 5-30 0C dalam kurun waktu 30-36 jam
  2. Kelembaban, Semakin tinggi kelembapan udara (95-100%) semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai imago. Kelembapan optimum berkisar 70-80%.
  3. Cahaya matahari, Lalat aktif pada keadaan terang (siang hari) dan kawin pada intensitas cahaya rendah
  1. Kondisi buah/tanaman, Buah masak lebih disukai apalagi mengandung asam amino,vitamin, mineral, air dan karbohidrat karena memperpanjang umur. Lalat betina lebih suka meletakkan telur pada buah yang ternaungi, agak lunak dan permukaan agak kasar.

Kebijakan dan Strategi Terkait Pengendalian Hama Terpadu Lalat Buah

Pengendalian hama terpadu (PHT) didasari oleh undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Konsep PHT sendiri merupakan konsep yang memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi dalam satu kesatuan guna menekan populasi/serangan OPT sampai pada taraf yang tidak merugikan secara ekonomi dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan manusia serta lingkungan hidup.

Strategi yang dapat digunakan agar PHT lalat buah menjawab tujuan dan tepat sasaran antara lain sebagai berikut:

  1. Kontinyuitas pengamatan dan peramalan perkembangan lalat buah dan selalu membuat antisipasi pengendaliannya
  2. Penderasan arus informasi terkait permasalahan lalat buah
  3. Mengembangkan teknologi dan sarana pengendalian sesuai dengan sistem PHT yang efektif, mudah dan aman
  4. Mensosialisasikan secara kontinyu penerapan sistem PHT melalui peningkatan upaya-upaya penyuluhan
  5. Meningkatkan pemberdayaan pelaku perlindungan tanaman (SDM)
  6. Mengembangkan dan menerapkan gerakan pengendalian di semua lini

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian yang baik. PHT juga merupakan sistem pengendalian hama yang mempertimbangkan aspek dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama dengan meggunakan berbagi teknik yang sesuai untuk menjaga agar pupulasi hama selalu di bawah ambang ekonomi.

Pengendalian Hama Lalat Buah dengan Konsep PHT Terpadu antara lain:

  1. Fisik

Penampilan buah merupakan komponen mutu yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Permasalahan penampilan yang sering ditemukan biasanya disebabkan oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu cara meminimalisirnya yaitu dengan melakukan pembungkusan / pemberongsongan.

Pembungkusan / pemberongsongan buah dapat menggunakan kertas, kertas koran bekas, kertas karbon, plastik, karung plastik, ataupun kain. Setiap bahan pembungkus sebaiknya tidak mudah rusak, dan dapat mempertahankan kelembapan. Pemberongsongan dapat dilakukan sedini mungkin atau maksimal sebelum buah masuk fase pemasakan.

  1. Mekanis

Lalat buah diketahui memiliki ketertarikan terhadap warna dan senyawa-senyawa volatil seperti metil eugenol yang mampu menarik lalat buah jantan. Pengendalian dengan cara ini dapat menjadi alternatif tambahan setelah buah dilakukan pembungkusan / pemberongsongan. Metil eugenol merupakan senyawa kimia yang bersifat atraktan atau sebagai penarik serangga.

Penggunaan senyawa kimia ini tidak meninggalkan residu dan mudah diaplikasikan pada hamparan yang luas, daya jelajahnya luas. Namun penggunaan perangkap ini hanya bekerja pada lalat buah jantan, sehingga untuk lebih efektifnya bisa ditambahkan aroma buah (essense) matang dan memakai perangkap berwarna kuning / putih agar lalat buah betina turut tertarik. Atraktan juga dapat dicampurkan (sedikit) dengan lem tikus.

  1. Kultur Teknis

Kegiatan kultur teknis dapat dilakukan dalam 2 bentuk yaitu dengan melakukan sanitasi kebun dan pembersihan gulma. Sanitasi kebun dilakukan dengan mengumpulkan dan membenamkan buah-buah yang busuk ke dalam lubang dengan ukuran p x l x t adalah 1 m x 1 m x 0,5 m atau dengan langsung dibakar agar pupa tidak berkembang, selain itu asap hasil pembakaran dapat mengusir lalat buah dari pertanaman.

  1. Biologis dan Kimia
  1. Biopestisida

Pengendalian menggunakan pestisida nabati

  1. Biorepellent

Pengendalian menggunakan minyak atsiri yang memiliki sifat menolak hama sebagai contoh minyak atsiri serai wangi dan serai dapur

  1. Pemanfaatan Musuh Alami

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid, predator maupun patogen

  1. Atraktan

Penggunaan atraktan dalam pengendalian lalat buah mempunyai tiga cara kerja, yaitu untuk digunakan untuk medeteksi / memonitor populasi lalat buah, menarik lalat buah ke perangkap dan mengacaukan lalat buah dalam melakukan perkawinan, berkumpul maupun makan. Lalat jantan akan datang tertarik untuk keperluan makan, sehingga matang seksual lebih cepat.

  1. Karantina

Pengendalian ini mengutamakan penerapan peraturan karantina yang ketat.

  1. Teknik Serangga Mandul (TSM)

Merupakan pengendalian dengan melepaskan lalat buah jantan yang mandul sehingga dapat mengurangi populasi.

  1. Pengendalian menggunakan bahan kimia

Dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif alfa sipermetrin 50 g/l, betasiflutrin 25 g/l, profenofos 500 g/l, dan deltametrin 25 g/l.

 

Referensi:

  1. Hasyim, A., Liferdi L., dan Wiwin S. 2020. Teknologi Pengendalian Hama Lalat Buah. IAARD Press. Jakarta.
  2. Muryati, Trisyono, Y.A., Witjaksono & Wahyono. 2013. Oviposition deterrent of Bactrocera carambolae  resulted from eggs deposition on mango. AGRIVITA J. Agric. Sci. 39(2): 201-213
  3. Siwi, S.S. 2004. Jenis-jenis Lalat Buah Penting di Indonesia dan Macam Tanaman Inangnya. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

 



Bagikan