Tanaman cabai merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang populer dibudidayakan. Hal ini disebabkan karena selain memiliki nilai ekonomi cukup baik, cabai memiliki nilai gizi yang baik dan sangat cocok dibudidayakan pada dataran rendah dengan curah hujan sedang. Hal inilah yang menjadi minat lebih bagi Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung membudidayakan tanaman tersebut di lahan praktik.
Syarat tumbuh yang sesuai dengan kondisi lingkungan lahan praktik di Bapeltan Lampung memiliki pengaruh signifikan terkait pertumbuhan tanaman tersebut. Seperti diketahui, kehidupan tanaman cabai sendiri sangat dipengaruhi salah satunya oleh keberadaan serangga, baik serangga yang berperan sebagai hama, pollinator, ataupun sebagai predator alami (Qomariyah, et al. 2018). Indonesia memiliki kekayaan yang melimpah terkait keanekaragaman flora dan faunanya. Serangga (insecta) merupakan salah satu mahluk hidup yang mendominasi dan memiliki keragaman yang luas. Serangga (insecta) adalah salah satu hewan yang berasal dari kelas arthropoda yang memiliki ciri khusus yaitu bagian tubuhnya terbagi dari tiga bagian diantaranya kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Menurut Hadi (2009), Serangga adalah hewan yang masuk kedalam kelas arthtropoda yang berasal dari dua kata yaitu arthro yang artinya ruas dan poda yang artinya kaki. Jadi secara bahasa serangga merupakan kelompok hewan yang memiliki banyak ruas dibagian tubuhnya.
Serangga dapat dikatakan sebagai hama bagi tanaman apabila serangga menjadikan tanaman sebagai sumber nutrisi atau sebagai sumber makanan. Sebagaian besar serangga yang merugikan tanaman khususnya tanaman budidaya sering disebut sebagai serangga pemangsa. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga serangga dapat menguntungkan bagi petani jika serangga memakan tumbuhan yang tidak dibudidayakan. Serangga dapat mejadi pengendali hayati karena ada saatnya serangga juga berperan sebagai predator alami. Hal ini secara tidak langsung cukup menguntungkan bagi petani karena serangga dapat menjadi penyerang dan pemangsa hama tanpa menggunakan isektisida. Selain digunakan sebagai pengendalian hama serangga juga dapat berperan sebagai predator dan parasitoid (Qomariyah. et al. 2018).
Serangga juga dapat berperan sebagai pollinator Ketika tanaman memasuki fase berbunga. Hal ini sama-sama menguntungkan bagi keduanya karena serangga mendapatkan makanan dan tanaman dapat melanjutkan proses penyerbukan. Proses polinasi dilakukan serangga dengan cara hinggap pada bunga untuk memperoleh makanan, atau hanya hinggap sesaat pada bagian bunga. Hal ini menyebabkan interaksiyang konstan antar tanaman dan serangga (Aldiansyah, M, A, 2018).
Keberlangsungan hidup serangga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, intensitas cahaya, angin dan ketersediaan makanan. Pada umumnya makanan serangga yaitu tanaman, baik itu tanaman perdu, tanaman pangan, maupun tanaman hortikultura. Pengamatan terkait peran serangga pada kondisi keadaan iklim yang berubah-ubah seperti sekarang dirasa perlu dilakukan. Pengamatan dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui indeks keragaman jenis serangga, dominansinya, dan mengetahui peranan serangga pada lahan cabai di Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung. Hasil dari pengamatan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk tindakan atau langkah-langkah budidaya selanjutnya.
Keanekaragaman Serangga
Indeks keanekaragaman umumnya digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan pada sebuah komunitas di suatu ekosistem. Terdapat beberapa komponen yang menunjang suatu keanekaragaman, berikut dua komponen yang yang menunjang indeks keanekaragaman yaitu: 1) kekayaan spesies dalam komunitas: 2) kesamaan spesies. Dalam kesamaan spesies umumnya menunjukkan bagaimana jumlah individu, biomassa, dan penutup tanah tersebar diantara banyaknya spesies itu. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks keanekaragaman berdasarkan dengan penggolongan variabel struktur komunitas yaitu: 1) jumlah spesies; 2) kelimpahan relatif spesies; 3) homogenitas dan ukuran dari area sampel (Siregar,dkk,2014).
Keanekaragaman jenis merupakan sifat komunitas yang menunjukkan kelimpahan, keberadaan aneka jenis spesies yang berada pada suatu ekosistem. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis spesies pada suatu ekosistem cukup dengan kemampuan mengenali dan membedakan jenis suatu spesies. Keberadaan suatu spesies dalam satu ekosistem tidak akan sama jumlahnya dalam setiap waktu. Karena keberadaan suatu spesies pada sat ekosistem sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan (Siregar,dkk,2014).
Ekosistem yang stabil umumnya ditunjukkan dengan keberadaan semua mahluk hidup yang ada pada ekosistem dalam keadaan seimbang hal ini ditunjukkan dengan adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara berkesinambungan. Ekosistem yang stabil pun ditunjukkan dengan nilai keanekaragaman yang tinggi yang berarti setiap kesatuan relung hewan dan tumbuhan yang hidup dalam ekosistem sangat beragam. Keanekaragaman yang tinggi pada suatu ekosistem ditandai dengan banyaknya warna, bentuk, jenis, jumlah, tekstur, maupun penampilan suatu spesies yang kita temukan. Adanya persamaan ciri antar mahluk hidup pun menunjukkan adanya keanekaragaman (Siregar,2007). Indeks keragaman individu menggunakan rumus indeks keragaman Shanon-Wiener (Wulandari, et al., 2021).
H'=-niN x ln niN ….. (1)
Keterangan:
H’ = Indeks keragaman Shanon-Weaner
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu dari semua jenis
H’ < 1, Komunitas tidak stabil
1 < H’ < 3, Komunitas moderat
H’ > 3, Komunitas baik
Hasil identifikasi jenis serangga yang ditemukan terdiri dari 14 famili dan 24 spesies. Family yang teridentifikasi antara lain Formacidae, Acrididae, Grilidae, Paradoxomatide, Nymphalida, Drosophilidae, Apidea, Libellulidae, Pentatomidae, Alydidae, Coccinellidae, Thepritidae, Pieridae, dan Papilionidae. Berdasarkan data identifikasi dan penangkapan serangga pada lahan cabai merah dapat diketahui bahwa terdapat tiga famili serangga tertangkap yang berperan sebagai predator alami yaitu famili Formacidae, Libellulidae, dan Coccinellidae. Kemudian terdapat 6 famili serangga yang berperan sebagai Herbivora atau pun hama yaitu famili Acrididae, Grilidae, Paradoxomatidae, Drosophilidae, Pentatomidae, dan Alydidae. Selain berperan sebagai hama dan predator alami serangga tertangkap juga ada yang berperan sebagai pollinator yang berasal dari famili Apidae.
Tabel 1. Jumlah, jenis dan peran serangga tertangkap pada lahan cabai merah dan cabai rawit
No |
Family |
Spesies |
Jumlah serangga |
Peran serangga |
|
|
|
|
Cabai merah |
Cabai rawit |
|
1 |
Formacidae |
Formacidae Sp.1 |
87 |
100 |
Predator |
|
|
FormacidaeSp.2 |
10 |
5 |
Predator |
|
|
FormacidaeSp.3 |
5 |
- |
Predator |
2 |
Acrididae |
Acrididae Sp.1 |
2 |
8 |
Hama/herbivor |
|
|
Acrididae Sp.2 |
7 |
8 |
Hama/herbivor |
|
|
Acrididae Sp.3 |
7 |
12 |
Hama/herbivor |
|
|
Acrididae Sp.4 |
5 |
2 |
Hama/herbivor |
3 |
Grilidae |
Grilidae Sp. |
4 |
2 |
Hama/herbivor |
4 |
Paradoxomatidae |
Paradoxomatidae Sp. 1 |
3 |
6 |
Hama/herbivor |
|
|
Paradoxomatidae Sp. 2 |
2 |
1 |
Hama/herbivor |
5 |
Drosophilidae |
Drosophilidae Sp. |
14 |
15 |
Parasitoid/hama |
6 |
Apidae |
Apidae Sp. 1 |
64 |
12 |
Polinator |
|
|
Apidae Sp. 2 |
1 |
2 |
Polinator |
7 |
Libellulidae |
Libellulidae Sp. |
7 |
9 |
Predator |
8 |
Pentatomidae |
Pentatomidae Sp. |
8 |
14 |
Hama |
9 |
Nymphalidae |
Nymphalidae Sp. 1 |
2 |
2 |
Pollinator/Hama |
|
|
Nymphalidae Sp. 2 |
- |
1 |
Pollinator/Hama |
10 |
Alydidae |
Alydidae Sp. 1 |
3 |
3 |
Hama |
|
|
Alydidae Sp. 2 |
3 |
5 |
Hama |
11 |
Coccinellidae |
Coccinellidae Sp. 1 |
5 |
19 |
Predator |
|
|
Coccinellidae Sp. 2 |
- |
13 |
Predator |
12 |
Thepritidae |
Thepritidae Sp. |
9 |
8 |
Pollinator/Parasitoid |
13 |
Pieridae |
Pieridae Sp |
2 |
3 |
Pollinator/Parasitoid |
14 |
Papilionidae |
Papilionidae Sp |
- |
3 |
Pollinator/Parasitoid |
|
TOTAL |
|
250 |
254 |
|
Jumlah tangkapan serangga terbanyak adalah serangga yang berperan sebagai predator.dengan jumlah total tangkapan dari kedua lahan cabai di Bapeltan sebanyak 260 individu, kemudian tangkapan serangga dengan jumlah tangkapan terbanyak kedua adalah dari famili Apidae yang berperan sebagai polinator, sedangkan jumlah tangkapan serangga terendah adalah serangga yang berperan sebagai hama/ herbivor meski memiliki jumlah famili yang tertangkap cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah predator yang tinggi akan mampu menekan serangga hama pada lahan cabai sehingga serangga hama keberadaanya cukup rendah. Kondisi lahan cabai di Bapeltan lampung yang disekelilingnya ditanami refugia menambah keberadaan predator alami dan pollinator. Tanaman refugia umumnya adalah tanaman hias yang ditanam disekitar lahan pertanian yang berfungsi sebagai sumber makanan, pelindung, atau sumberdaya yang baik bagi predator alami maupun parasitoid (Septariani, et al. 2019). Jenis tanaman refugia yang ditanam di lahan praktik antara lain tanaman bunga matahari, tanaman pacar air, dan tanaman bunga kenikir.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman serangga yang tertangkap pada kedua lahan cabai merah diperoleh indeks keanekaragaman jenis serangga yaitu 0-0,5. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman yang kurang dari 1 (H’<1) maka indeks keanekaragaman spesies di lahan cabai di Bapeltan Lampung relatif rendah atau komunitas tidak stabil.
Rendahnya indeks keanekaragaman pada di lahan cabai diduga karena selama budidaya dilakukan perawatan dan pengendalian hama secara teratur seperti tindakan penyemprotan pestisida secara berkala, pemasangan yellow traping dan penanaman refugia sehingga jumlah, jenis dan bentuk serangga yang didapatkan pada kedua lahan cabai tersebut per familinya rendah. Selain itu kondisi di lapangan yang mulai masuk musim kemarau cukup mempengaruhi keberadaan serangga, Keberadaan serangga di alam sangat dipengaruhi oleh keberadaan faktor abiotik atau unsur iklim sebagai komponen suatu ekosistem meliputu suhu yang ideal, intensitas cahaya, dan kelembaban udara (Aditama, 2013).
Namun demikian, serangga famili Formacidae memiliki nilai indeks keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan dengan famili lain. Famili ini dikenal memiliki peran sebagai predator alami dan merupakan jenis family serangga yang hidup secara berkoloni dalam jumlah besar dan system reproduksi yang cepat sehingga keberadaannya mudah dijumpai diberbagai habitat dan keadaan lingkungan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama CR, Kurniawan N. 2013. Struktur Komunitas Serangga Nkturnal Areal Pertanian Padi Organik Pada Musim Penghujan Di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika. Vol 1(4) : 186-190.
Aldiansyah M. A. 2018. Pemrosesan Citra Digital Untuk Klasifikasi Tanaman Cabai Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropogation. Jurnal Teknologi & Terapan. Vol 5 (2) : 75-83.
Hadi, M. 2009. Biologi Insecta Entomologi Indonesia. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Qomariyah N, Ari H, Hasan Z. 2018. Diversitas Serangga Predator yang Datang Pada Lahan Cabai (Capsicum annum L) Berdasarkan Variasi Temporal di Desa Bumianyar Kecamatan Tanjungbumi Kabupaten Bangkalan. Jurnal Ilmiah BBiosaintropis. Vol 4(1) : 22-30.
Septariani, D. H. 2019. Pemanfaatan Berbagai Tanaman Refugia Sebagai Pengendalian Hama Alami Bagi Tanaman Cabai (Capsicum annum L). Journal of Community Empowering and Services. Vol 7 (2) : 1-7
Shannon, C. E., & Weaver, W. 1949. The Matematical Theory Of Communications. The University of Illinois Press : USE.
Tustiyani I, Vidiya FU, Atak T. 2020. Identifikasi Keanekaragaman dan Dominansi Serangga pada Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annus L.) dengan Teknik Yellow Trap. Jurnal Agritrop. Vol 18 (1) : 88-97.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Wulandari SA, Susanti I, Farid M. 2021. Keanekaragaman Makrobentos di Kawasan Konservasi Taman Nasional Baluran Situbondo. Prosiding Seminar Nasional Biologi ke-9. FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plangton dan Ketertarikannya Dengan Kulitas Air di Parapet Danau Toba Medan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Bagikan